It happened again...
Actually I could not recollect just how many times I had been careless. Be it forgetting my teaching schedule or simply leaving my motorcycle key in it's plug, I fancy it's been thousand times, I just don't remember. And this afternoon the worst so far happened.
A week ago I received a text from my friend who works as an admin in the college major I'm recently teaching. She said I got a letter, a bill (we call it that way) to make a examination sheet for the finals. I thanked her, promised to take it later. But I forgot it until I took the letter this noon. The examination is due tomorrow, not to mention that I missed the deadline to submit the sheet (the letter was given on 3rd, the deadline was on 6th). It means I had to make it quickly because the office will close at 4 or the examination will be cancelled. But as if the shock hadn't been enough, I had to teach at 1, and my co-teacher said they need the sheet no later than 2. Ends there? No! My hard disk was also jammed so I couldn't access my exam sheet data bank. Crap. You can imagine how screwed I was at that moment...
Fortunately, my co-teacher friend took the job over and she helped me by making an exam sheet in less than 20 minutes (it's been 2.15 when I asked her for help). She made it, considering she was still on her travel minibus, having journey to Jogja from her hometown. I'm so grateful...
I was so angry to myself. I really hate it when people call me careless, reckless etc but what can I do? I always forgot almost every particular thing, sometimes right when I really need that. I'm tired of my own recklessness, but what can I do?. :(
La Belle Une Vie
Selasa, 11 Juni 2013
Rabu, 20 Maret 2013
Titik Balik
Tak bisa lagi kuingat kapan
persisnya
Rasa ini tak lagi menabur
semai-semainya
Pada sekuntum jiwa
yang tak kunjung mekar itu
Sungguh aku tak ingin menyandera
hati
Di kala diri ini telah
tak sanggup lagi berjalan, bertautan
Dengan jemari yang tak lagi menggenggam
Tapi entahlah, tak banyak
yang bisa kuhapuskan
Dari jejakku yang telah
begitu mengakar
di petak-petak yang
dulu sering kusiram
Cobalah jawab tanyaku ini
Bisakah kamu sekedar menyentuh
kelopak bunga
Tanpa tergores oleh tajam
belukarnya?
Sudah, cukup sudah!
Tak ayal aku pun bersembunyi
Menolak untuk datang lagi
ke taman itu, yang sudah berjelaga mengaratkanku
Bisakah kau mengerti?
Aku lelah, aku melemah
Di pasangmu aku surut,
pun tenggelammu hanya bisa menyeretku karam
Semakin dalam, semakin
dalam
Aku ingin bernafas!
Ya, jarak ini memang sudah
tak lagi memisah
Tapi di tiap jengkalnya
hanya terekam lambaian tangan
Kuat-kuat, namun samar
saja di matamu
Yang jika kini semua menyata,
waktulah yang layak kau tuntut
Maka bayangkanlah sebisamu
Riangnya anak-anak dalam
jiwa ini, menyambut hadirnya
Menciumi tangannya,
dan seketika merubahnya jadi ksatria
Siap menghunuskan pedang
dan perisainya
Menjaganya untuk tak terbang
lagi terlalu cepat
Menahannya sejenak di
tanah yang gersang ini
Berharap hujan yang ia
bawa menyejukkan hampa yang lama mendahaga
Dan memang, ia nyata
Tak terduga, namun juga
tak asing
Seperti telah berabad mengenalnya
Mungkin memang ialah separuh
diriku yang hilang
Yang datang mengagetkanku
sejenak setelah kau lenyap
Membawakanku kembali nyala-nyala
jiwa yang meredup.
Sungguh, ini terlalu indah
buatku
Lalu bagaimana mungkin
aku mau kembali?
Yogya, February 2013
Langganan:
Postingan (Atom)